Sabtu, 10 Agustus 2013

Mencetak Generasi


KELOMPOK KE DUA  ALI BIN ABI THOLIB

Mencetak generasi yang aneh


Di sponsori oleh:



PANDUAN KEMASYARAKATAN KELOMPOK DUA “SYAIDINA ALI”
 DALAM TEMA (SHOLAT KHUSUFAIN)
PP. MS. ROUDLOTUL MUTA’ALLIMIN TAPEL 2011-2012
Suci-Manyar-Gresik

Daftar Nama Peserta:
AHMAD SYAIFUDDIN        MUNIRI          AHMAD BAHARUDDIN
AHMAD FAQIH                    KHUMAINI        ABDUSSALAM
AINUL YAQIN                      CHOIRUL ANAM  AS’AD ARROFIQ
SHOLAH HAZMI                  WIYONO        EDI TRY WIBOWO
TAUFIQUL AMBIYA’           MUHARI        JUNAIDI ABDILLAH
AHMAD ROFIUDDIN           M. AINUL YAQIN

Sholat Gerhana Matahari dan Bulan
          Membicarakan tentang sholat gerhana matahari dan gerhana bulan. Masing-masing dari kedua shalat tersebut hukumnya sunah mu’akkad (sangat ditekankan). Karena sunah, Maka  jika telah tertinggal mengerjakan shalat gerhana tadi, adalah tidak perlu diqadla’.
Paling sedikit adalah dua rakaat, sebagaimana sholat sunnah zhuhur. Kesempurnaan yang paling minimal adalah menambah berdiri, membaca al-fatihah dan ruku’ pada tiap-tipa rakaat. Maksudnya, hendaklah bertabiratul ihram dengan niat mengerjakan shalat gerhana, kemudian sehabis mambaca do’a iftitah dan do’a ta’awwudz, hendaklah ia membaca fatihah. Dan (sehabis itu) hendaklah ia ruku’. Kemudian (sehabis ruku’) hendaklah mengangkat kepalanya dari ruku’ (beri’itidal), kemudian membaca fatihah untuk yang kedua kalinya, kemudian ruku’ lagi, hal mana ruku’ yang kedua ini dilakukan lebih ringan (cepat) dari yang sebelumnya, kemudian ruku’ untuk yang kedua kalinya, habis itu sujud dua kali, masing-masing sujud itu disertai dengan thuma’ninah, sebagaimana shalat yang seperti biasanya.
Kemudian (sehabis usai rakaat yang pertama) hendaklah ia shalat rakaat yang kedua dengan dua kali berdiri, membaca fatihah dua kali, ruku’ dua kali, I’itidal dua kali, dan sujud dua kali, sebagaimana rakaat yang pertama tadi.
Jadi, pada setiap rakaat dari kedua rakaat tersebut, hendaklah berdiri dua kali, dimana ia bikin panjang bacaannya surah saat berdiri di dalam kedua rakaat tersebut. Dan di dalam setiap rakaat itu terdapat dua kali ruku’ dimana ia hendaklah memenjangkan bacaan tasbihnya di dalam kedua ruku’ tersebut, bukan di saat sujud. Jadi ia tidak perlu memanjangkannya. Tetapi lebih baik ia memanjangkan bacaan di dalam ruku’ dan sujud.
Dan hendaklah imam berkhutbah seusai shalat gerhana matahari dan bulan, sebanyak dua kali, sebagaimana kedua khutbah shalat jum’at di dalam hal rukun-rukun dan syarat-syaratnya. Dan di dalam kedua khutbah tadi, hendaklah imam menganjurkan kepada manusia supaya bertaubat dari dosa-dosanya, dan mengajak supaya berbuat yang baik, yaitu seperti shodaqoh dan memerdekakan budak dan lain sebagainya.
Dan imam , hendaklah membaca (fatihah dan surah) dengan suara pelan di dalam shalat gerhana matahari. Sedang di dalam shalat gerhana bulan, hendaklah imam membacanya dengan suara yang keras.
Dan habislah sudah  (waktu untuk menjalankan) shalat gerhana matahari disebabkan oleh terangnya (pulihnya) matahari yang bergerhana itu, dan juga sebab terbenamnya matahari meski masih dalam keadaan gerhana. Dan habislah waktu untuk menjalankan shalat gerhana bulan itu, sebab terangnya (pulihnya) bulann dan juga sebab terbitnya matahari, bukan sebab terbitnya fajar, juga bukan sebab terbenamnya bulan dalam keadaan (masih) bergerhana. Jadi, waktu untuk menjalankan shalat gerhana bulan tidak dianggap habis (sebab munculnya fajar dan tenggelamnya bulan yang masih dalam keadaan gerhana tersebut).
            Dalam hal bacaan,Yang lebih sempurnah adalah, membaca surah al-baqarah pada rakaat pertama atau seukuran dengannya, dan pada rakaat kedua membaca sepanjang 200 ayat al-baqarah, rakaat ketiga 150 ayat, sedangkan pada rakaat keempat 100 ayat al-baqarah. Kemudian, setelah shalat diikuti dengan dua khutbah. Maksudnya, sunah melakukan dua khutbah sesudah shalat idu fithri dan adhah, sekalipun shalat itu dikerjakan pada keesokan harinya menurut keterangan yang lahir dan sunah melakukan dua khutbah sesudah shalat gerhana.
            (dalam khutbah) khotib membuka khutbah pertamanya untuk sholat hari raya –bukan gerhana- dengan bertakbir 9 kali, sedang khutbah kedua dengan bertakbir 7 kali, yang kesemuanya dilakukan secara sambung-menyambung. Sebaiknya, antara dua khutbah tersebut dipisahkan dengan bertakbir, dan memperbanyak pembacaan takbir disela-sela khutbah, demikian yang dikatakan oleh imam as-subki.
            Tidak disunahkan bagi orang yang hadir ikut bertakbir seperti khotib di atas.



                                                                                                                               Senin, 7-Novenber-2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar